Monday, February 2, 2015

Cerita Rakyat Dumai - 2

KISAH ASAL MULA BUKIT PELINTUNG

Kisah asal mula bukit pelintung
Tersebut kisah sang penyiar agama
Orangnya alim berangkat berperahu layar
Menurut lagenda bukit pelintung bermula
Dari perahu sang penyiar yang terdampar

Niatnya baik untuk berbakti
Tingkahnya elok berbudi bahasa
Hati-hati itulah perisai diri
Terlajak langkah badan binasa


Kisah asal mula bukit pelintung
(diangkat dari cerita rakyat pelintung)


Orang-orang mengatakan bahwa cerita ini terjadi dahulu kala pelintung,ada seorang penyiar agama islam dari negeri yunan- cina dalam perjalannya selalu mengembara dari cina ke pulau jawa dalam setahun beberapa kali ia berulang alek dari cina ke pulau jawa atau sebaliknya,perjalan menyiarkan agama silam di lakukan dengan menggunakan perahu layar,penyiar agama ini di samping memiliki keterampilan mengunakan perahu layar ia juga memiliki kekuatan bathin yang luar biasa.kekuatan dan kelebihan kebathinanya ia pergunakan di saat-saat  ia dalam keterdesakan,dalam pengembaraanya sang penyiar agama ini di bantu  dan didampingi oleh awak perahu,baik dalam perjalanan maupun sesampainya di tempat tujuan di pulau jawa,ia selalu lakukan sholat berjamaah dengan awak perahu,selama perjalanannya tiada waktu yang terbuang sia-sia,kegiatan ia lakukan dengan senantiasa mengingat allah dengan berzikir,pengaruh sang penyiar ini sangat kuat di kalangan awak perahu,apaun yang di perintahkan beliau kepada awak perahu tidak seorangpun yang berani membantahnya,dengan keikhlasan dan kepatuhan yang luar biasa pula di ikuti oleh awak perahu.
Perjalana normal yang biasa di tempuh dari negeri cina sampai ke pulau jawa ia lakukan lebih kurang empat puluh hari,setiap awal perjalanannya dan pergantian hari demi hari ia tandai dengan takikkan(menandai setiap hari perjalanan dengan mencencangkan) paran di sisi perahunya,setiap atu takikkan berarti satu hari perjalanan dan seterusnya sampailah hari ke empat puluh sampailah ke tempat tujuan,hal itu pun selalu menjadi perhatian khusus awak perahu,setiap ia melakukan takikkan ia mengucapkan selawat nabi “Allahuma sholi alla Muhammad waala alihi Muhammad”,anehnya bila perahu sampai ke tujuan dan sang penyiar mendarat di pulau jawa atau di kampung halamannya di yunan cina,bekas takikkan parang di sisi perahu selalu tiada berbekas lagi,hal itu selau bertanya-tanya awk perahu di dalam hati,siapa yang memperbaiki takikkan sang imam,tetapi di pendam saja di dalam hati oleh mereka,dan menambah kepatuhan sang awak perahu kepada imam.
Suatu ketika pejalananya dari yunan ke pulau jawa yang di jadwalkan tepat waktu empat puluh hari yang di janjikan akan kembali mengajar para santrinya di pulau jawa di perkirakann secara normal rasanya tidak mungkin akan dapat menepati janjinya kepada santri di pulau jawa,karena sesuatu hal sang Imam berangkat dari yunan terlambat tiga puluh tiga hari dari jadwal yang di rencanakan,sehingga waktu tujuh hari secara normal tak mungkin akan menempuh perjalanan yunan ke pulau jawa seperti biasa di tempuh selama empat puluh hari,namun sang imam tidak menunjukkan kecemasan,di hadapan awak perahu dan pengikutnya,sampai hari ke enam perjalananya menjelang waktu sholat isy”a,akhirnya ia berlabuh di tengah lautan dengan menurunkan jangkar tambatan,dan mengumpulkan semua awak kapal untuk sholat isy”a berjamaah,setelah sholat isy”a sang imam menyampaikan bahwqa kita akan istirahat di lautan ini menjelang subuh,sungguh di luar dugaan seluruh awak kapal dan pengikutnya,akhirnya salah seorang awak kapal menyampaikan kepada sang imam “tuan imam kita sudah terlambat ,kita telah berjanji  dengan saudara kita di pulau jawa,esok seharusnya kita sudah sampai,mereka telah menunggu kita tuan”, sang imam menjawab “baiklah kalau allah berkehendak ,insya allah besok kita bertemu saudara-saudara kita di pulau jawa,setelah ini marilah kita istirahat menjelang subuh,besok subuh saudara-saudara akan saya bangunkan melakukan sholat shubuh,tanpa ada yang tidak tidur malam ini”, demikian pesan sang imam kepada sang awak kapal,perintah ini di ikuti oleh awak kapal,malam itu sang imam selesai sholat malam , ia berdo’a “ya allah sesungguhnya aku telah berjanji pada saudara-saudaraki di tanah jawa untuk bertemu esok pagi ,tanpa kuasaMu tidak mungkin aku dapat menepati janjiku,sesungguhnya ingkar janjiku kepada mereka  bukan saja menjadi murka mereka,tetapi juga murkaMu juga,sesungguhnya aku sangat takut dengan murkaMu,Ya Allah dengan segala kebesaran dan kuasaMu kami bermohon hindarkan lah kami dari kebohongan dan ingkar janji  kepada sesame kami dan kepadaMu” demikian sang imam berdoa dan di lanjutkkan dengan berdzikir hingga waktu sholat shubuh,sampai waktu shubuh ia bangunkanseluruh awak kapal dan pengikutnya “bangun-bangun sudah waktunya sholat shubuh” sayup-sayup terdengar suara azan shubuh oleh sang imam dan para awak perahu,setelah di buka tirai awak perahu ternyata sudah belabuh di dermaga yang dituju di pulau jawa,betapa terkejutnya awak perahu dan pengikutnya melihat keadaan  ini,seraya menggucapkan Alhamdulillah mereka dapat dapat berkumpul dengan saudaranya dan sholat shubuh bersama,namun keanehan ini pun mereka tidak berani menanyakan kepada sang imam,dan diantara merekapun hanya saling pandang.
Kebersamaan dengan sahabat santrinya di pulau jawa kali ini pun membuat keberangkatan ke yunan pun terlambat.biasanya perjalananya kembali di tempuh selama empat puluh hari,dan selama satu bulan pula ia berkumpul dengan keluarga dengan santrinya ia berangkat kembali ke cina,begitupun kalo ia ke pulau jawa dan seterusnya.rencana pergi dan pulang selalu ia tepati hal ini merupakan sikap disiplinya,akan tetapi selaku manusia sang imam juga kadang-kadang tidak dapat menghindari pundaan bila saat akan berangkat ada hal-hal yang sangat tidak memunggkinkan,keberangkatan kembali ke yunan kali ini pun di sebabkan saat-saat ia akan kembali tiba-tiba datang sekelompok orang yang menyatakan akan memelik agama islam melalui sang imam,hajat ini pun ia penuhi ,sangat di luar dugaan satu orang dari tuju belas menyatakan masuk islam,setelah di islamkan wafat,ini membuat jadwal keberangkatanya terlambat untuk tiga pekan,karena harus menggurus para mualaf dan jenazah yang harus di makamkan secara islam,keterlambatan ini pun ia hadapi dengan keikhlasan.
Sampailah waktunya ia akan berangkat kembali ke yunan bersama awak perahu layar dan para pengikutnya,dengan persiapan dan pembekalan secukupnya akhirnya ia berangkat,walaupun terlambat dua puluh dua hari,perjalanan pelayaranya ia lewati dari hari ke hari sampai hari ke tujuh belas,sampai waktu sholat isy’a hari ke tujuh belas ia kembali menyampaikan kepada seluruh awak perahu untuk sholat isy’a berjamaah dan menyampaikan hajatnya untuk beristirahat dan menurunkan jangkar untuk menambatkan perahunya,setelah sholat isy’a ia pun menyampaikan kepada seluruh awak perahu dan pengikutnya agar tidur sampai waktu shubuh dan akan di bangunkan oleh sang imam bila sudah masuk waktu shubuh dan tidak bangun sebelum di bangunkan walau apapun kejadianya,nasehat ini di iyakan oleh suluruh awak perahu dan pengikutnya,rupanya salah seorang dari awak perahu karena kelelahanya tidak ikut sholat isya berjamaah  dan tidak mendengar pesan sang imam,akhirnya setelah terjaga beberapa saat  kemudian ia melakukan sholat isya sendiri,dan melanjutkan tidur kembali.seperti biasa setelah sholat jum’at,sang imam menyampaikan do’a kehadirat allah sebagaimana doa yang pernah ia sampaikan saat keterdesakanya waktu berlayar ke pulau jawa beberapa waktu lalu kemudian di lanjutkan dengan zikir,atas izin allah akhirnya perahu sang imam perahu sang imam terangkat dari air dan terbang dengan kecepatan tinggi menuju negeri yunan-cina,akan tetapi dalam penerbangan perahu itu di hutan pelintung menyentuh ranting kayu besar di hutan itu dan menimbulkan suara keras dan mengejutkan awak perahu dan pengikutnya yang terlambat sholat tadi,dan ia pun terbangu melihat apa gerangan yang terjadi,karena ia tidak mendengar nasehat sang imam akhirnya dengan ia melihat kejadian itu perahu berhebti seketika beserta awak perahu lainya atas izin allah sampailah ke negeri yunan,terdamparnya perahu dengan seorang awak perahu yang tidak mendengar nasehat sang imam lama kelamaan menjadi bukit dan batu akhirnya kita kenal sebagai bukit pelintung,ada pula yang mengatakan sang awak perahu yang tertingal di bukit bersama perahu itu menjadi penunggu bukit pelintung,Waullahualam.
Kesimpulan
Walaupun kisah ini sulit diterima akal pikiran kita saat ini,tetapi kandungan ini religius dari cerita ini adalah seluruh persolalan hidup kita hendaknya di serahkan kepada sang pencipta,namun tiada henti-hentinya ikhtiar atau usaha,sehingga selalu berbuah manis.hal ini di gambarkan oleh sikap sang imam yang bekerja dengan penuh keikhlasan dan tiad henti-hentinya berhubungan dengan sang pencipta.
Di penghujung cerita ini di gambarkan kelalaian salah seorang pengikutnya sehingga menerima hasil kelalaianya,karna itu jadilah kita sebagai orang-orang yang selalu mendekat kan diri kepada sang pencipta dan tidak lalai.




0 komentar:

Post a Comment